Kamis, 19 Mei 2016
Karakteristik-Karakteristik Budaya Ciamis
Warta Media Online - Setiap daerah memiliki kebudayaan dengan karakteristik yang berbeda. Sama hal nya dengan Ciamis, kota kecil yang berjarak 4 jam apabila ditempuh menggunakan mobil dari Bandung. Kota yang memiliki UMK (Upah Minimum Kerja) paling rendah Se-Jawa Barat ini dikenal sebagai kota pensiun. Saking suasana nya yang sangat sepi dengan jumlah penduduk yang tidak begitu banyak.
Penduduk Ciamis memiliki budaya ramah lingkungan yang sangat tinggi di banding daerah lainnya. Hal ini dibuktikan dengan mendapatkan penghargaan Adipura dari presiden pada tahun 2010. Pengharaagan Adipura yang diterima bukan kali pertama, namun sudah tiga kali berturut-turut, sehingga kini di Ciamis ada tugu Adipura yang baru di bangun tahun 2013 silam. Penghargaan tersebut memang pembuktian bahwa masyarakat Ciamis sangat menjaga kebersihan, keindahan dan ketertiban kota. Memasuki daerah kota Ciamis, saya bisa membuktikan bahwa tidak ada sedikit pun sampah disini. Kemacetan yang menjadi hantu bagi kota kota besar, tidak ditemui di Ciamis. Ciamis memang kota kecil dengan penuh kedamaian dan keindahan.
Selain penghargaan Adipura, Ciamis juga mendapatkan penghargaan Kalpataru untuk Kampung Kuta di Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis. Mengapa? Karena masyarakat kampung ini memang menjaga alam dengan sangat protektif. Apabila ada pengunjung atau masyarakat sekitar yang mau memasuki hutan lindung, wajib tidak menggunakan alas kaki alias nyŃker.
Kampung Adat Kuta
Kampung Kuta ini dikategorikan sebagai kampung adat, karena mempunyai kesamaan adat dalam bentuk dan bahan fisik bangunan rumah, adanya ketua adat, dan adanya adat istiadat yang mengikat masyarakatnya. Salah satu warisan ajaran leluhur yang mesti dipatuhi masyarakat Kuta adalah pembangunan rumah. Bila dilanggar, warga Kuta berkeyakinan, musibah atau marabahaya akan melanda kampung mereka. Aturan adat menyebutkan rumah harus berbentuk panggung dengan ukuran persegi panjang. Atap rumah pun harus dari bahan rumbia atau ijuk.
Masyarakat Kampung Kuta masih teguh memegang dan menjalankan tradisi dengan pengawasan kuncen dan ketua adat. Kepercayaan terhadap larangan dan adanya mahluk halus atau kekuatan gaib masih tampak pada pandangan mereka terhadap tempat keramat berupa hutan lindung atau hutan keramat. Hutan keramat tersebut sering didatangi oleh orang-orang yang ingin mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan hidup. Hanya saja, di hutan keramat tersebut tidak boleh meminta sesuatu yang menunjukan ketamakan seperti kekayaan.
Hal unik lainnya di Kampung Kuta adalah mushalla yang beralaskan tanah. Sehingga apabila shalat di mushalla tersebut, langsung sujud ke tanah tanpa ada alas lainnya. Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, katanya agar lebih bisa dekat dengan alam dan penciptanya.
Makanan khas Ciamis adalah galendo, saya jamin di daerah lain tidak ada makanan yang namanya galendo. Galendo adalah makanan yang terbuat dari ampas perasan minyak kelapa, rasanya sangat khas sekali. Sekarang galendo sudah dikemas dengan bentuk yang sangat modern dan ditambah rasa buah-buahan, sehingga rasanya juga semakin bervariasi.
Masyarakat Ciamis yang tinggal di daerah kota, kebanyakan bekerja menjadi Pegawai Negeri Sipil seperti guru, pegawai pemerintahan dan lain-lain. Sedangkan masyarakat Ciamis yang tinggal di daerah pedesaan, kebanyakan bekerja sebagai petani atau buruh tani. Hal ini dibuktikan dengan masih banyak nya sawah di daerah pelosok Ciamis seperti di Talagasari, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis. Talagasari bisa dibilang sebagai lumbung padi bagi Provinsi Jawa Barat, kebanyakan petani di Talagasari sejahtera karena pemerintah pusat maupun lokal selalu memberikan bantuan.
Bukan hanya pada sektor pertanian namun juga perkebunan. Di daerah yang agak tinggi atau dekat pegunungan, masyarakat nya memilih untuk berkebun. Seperti di daerah Sukamantri, Kabupaten Ciamis. Disana suasananya sangat dingin sekali, sehingga masyarakat nya pun lebih memilih untuk bercocok tanam. Tanaman yang di tanam seperti teh, tomat, cabai, dan lain-lain.
Masih di daerah Sukamantri. Ada kesenian khas yang sudah menjadi kesenian dunia. Kesenian tersebut adalah Bebegig, atau lebih dikenal sebagai Bebegig Sukamantri. Bebegig Sukamantri ini bukan orang-orangan sawah melainkan kesenian tari-tarian yang menggunakan topeng kepala Singa seperti topeng barong dari Jawa Barat dan Bali. Hal yang membedakan topeng ini mengenakan rambut gimbal dari susunan bunga rotan atau bunga caruluk yang disebut bubuai. Bunga caruluk ini juga uniknya hanya bisa ditemukan di daerah Gunung Awi Temen atau Hutan Awi Temen di Sukamantri.
Bebegig Sukamantri
Dulu kesenian Bebegig merupakan bagian dari ritual upacara pengusiran roh-roh jahat. Karena sekarang masyarakat Ciamis sudah beragama yaitu Islam, maka kesenian ini diubah dari upacara mistik pengusiran roh jahat, menjadi kesenian untuk menghibur masyarakat Ciamis pada acara pernikahan, khitanan, dan bahkan festival budaya Internasional.
Ada kebiasaan unik para pemain bebegig ini. Walaupun sekarang mereka sudah memeluk agama Islam, namun kepercayaan untuk melakukan ritual seperti jaman dulu masih saja di lakukan. Pemain diharuskan untuk melakukan ritual di makam keramat di daerah Desa Cempaka, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis. Ritual tersebut dilakukan tengah malam sampai menjelang pagi. Apabila sudah melakukan ritual, topeng bebegig yang beratnya bisa sampai 40kg ini disimpan di makam dan diinapkan sampai subuh. Hal ini dilakukan apabila besoknya mereka akan melakukan pentas. Katanya, mereka meminta izin kepada sesepuh yang sudah menciptakan bebegig ini.
Walaupun masyarakat Ciamis menggunakan bahasa sunda seperti daerah lain di Jawa Barat. Namun ada bahasa-bahasa yang hanya ada di Ciamis. Seperti “hoream/malas” dalam bahasa keseharian masyarakat Ciamis biasa disebut “teu purun”. Saya sempat menggunakan kata ini ke teman yang bukan orang Ciamis, dan dia tidak mengerti apa yang saya maksud. Lalu uniknya ada pengertian makna yang berbeda dalam bahasa sunda di Ciamis. Seperti “isukan”, dalam bahasa sunda umum, isukan berarti besok, namun dalam bahasa masyarakat Ciamis, “isukan” adalah kapan-kapan. Dan juga ada beberapa kata bantu yang menandakan bahwa dia orang Ciamis, seperti “beu” atau “sini berikan”, lalu “jih” atau “ih ko gitu”, dan masih banyak lagi.
Di Ciamis, memiliki budaya likuran atau malam likur saat bulan ramadhan. Di daerah saya, budaya ini sering dilaksanakan saat tanggal ganjil di 10 hari sebelum lebaran. Jadi biasanya di tanggal ganjil ini, masyarakat di sekitar masjid akan membawa makanan sebelum taraweh dimulai. Lalu setelah selesai taraweh, makanan itu dibagikan dan akan dimakan bersama-sama.
Itulah beberapa budaya yang ada di daerah Ciamis. Sebenarnya masih banyak budaya yang belum saya sampaikan disini, namun secara garis besar inilah budaya Ciamis. Budaya yang sebagian besar dilakukan secara gotong royong dan bermasyarakat. Namun katanya, orang Ciamis itu manis-manis dan ngangenin hehe.
0 komentar:
Posting Komentar