Jamal Ramadhan, nama itu pasti sudah tidak asing lagi bagi seluruh warga Jurusan Ilmu Komunikasi Jurnalistik UIN Bandung. Siapa yang tidak mengenal laki-laki kelahiran Cicalengka, 25 tahun silam. Perawakannya yang mungil dan kacamata yang selalu bertengger ditelinganya menjadi ciri khas dia. Hal lain yang menjadi ciri khasnya adalah fotografi. Jamal yang selalu dipanggil Amay oleh para sahabatnya ini memang terkenal jago dalam hal fotografi.
Tahun 2010 adalah awal mula dia belajar fotografi, berawal dari ikut ikut akhirnya ketagihan katanya. Saking cintanya dengan dunia fotografi, Amay sampai tidak bisa menjawab saat ditanya mengenai ketertarikannya. “Pokonya tertarik wѐh” ungkapnya sambil tertawa.
Cita-cita terbesar Jamal adalah bisa menjadi fotografer advertise yaitu fotografi iklan. Kalau sekarang dia fokus dulu ke fotografi jurnalistik, dia berharap foto jurnalistiknya bisa merubah sesuatu. Makanya dia masuk jurusan jurnalistik untuk lebih mengembangkan bakatnya. Selain itu, Jamal juga gabung ke beberapa production house (PH) khusus fotografi. Ada tiga PH yang dia ikuti dan ternyata dia bentuk sendiri. Seperti PH di kampus dengan alumni jurnalistik yaitu Sunflow Fotografi. Sedangkan sisanya di sekitar rumah yaitu Tera Fotografi dan Warung Foto.
Jamal juga tentunya gabung dengan salah satau komunitas fotografi di kampus yaitu Photospeak’s dan menjadi Kepala Suku periode 2016-2017. Bersama Photospeak’s, Amay pernah mengikuti pameran foto pada tahun 2013 dan 2015 dan tahun ini Amay tengah mempersiapkan pameran selanjutnya.
Fotografi baginya memang bukan hanya sekedar hobi. Buktinya, dia sudah bisa menghasilkan uang dari keahliannya ini. “Iya lumayan lah uangnya di tabung buat beli lensa baru” katanya. Jamal memang sudah sering di panggil untuk memotret pra-wedding, wedding dan dokumentasi pelatihan. Bukan hanya itu, Jamal juga sudah sering hunting ke tempat-tempat keren di sekitar Bandung dan luar Bandung. Ternyata ada satu frame yang ingin sekali dia potret, yaitu frame yang belum pernah di potret oleh fotografi lain.
Baca Juga: Liburan Rasa Magang Ala Mahasiswi UIN Bandung
Jamal juga berbagi pengalamannya ketika motret. Menurutnya yang paling sulit di potret adalah balita, karena sulit diatur. Juga yang sulit di potret adalah memotret model. “Soalnya takut tergoda” ucapnya sambil terkekeh geli.
Dia sangat membuka tangan untuk teman-teman yang ingin belajar foto kepadanya. Amay tidak memasang tarif selama orang itu sungguh-sungguh ingin belajar. Karena menurutnya, dia juga masih belajar.
Amay memberikan pesan kepada pembaca yang ingin belajar fotografi. Pertama, harus sering motret dan perbanyak pengalaman. Kedua, sering baca-baca mengenai fotografi. Ketiga, apabila ingin memotret sesuatu misalkan tentang hewan rusa, baca dulu literature tentang rusa, agar kita tahu dan gampang mencari angle.
Jamal membuka rahasianya agar dapat menghasilkan foto yang bagus. Namun jangan kecewa, karena katanya tidak ada rahasia khusus, yang paling penting menurutnya harus sering motret, kenali alat sendiri dan kenali objek yang akan di potret. Tapi katanya buat teman-teman yang belum memiliki lensa, jangan berkecil hati hasil fotonya akan jelek, karena lensa standar pun sudah di desain untuk jadi bagus. Yang menjadikan jelek adalah pemikiran kita yang berpikir lensa mahal menghasilkan foto yang bagus. “Tinggal maksimalkan saja lensa yang ada” tambahnya.
Terakhir, suka duka Jamal selama jadi fotografer itu seperti apa?
“Terkadang orang seolah tidak menghargai, minta foto seenaknya dan melecehkan fotonya. Padahal saya tidak pernah memaksa mereka untuk suka dan tidak pernah selalu berfikir foto saya akan menghasilan uang. Motret itu tidak selalu menghasilkan uang, padahal pengalaman itu lebih berharga. Memang orang menganggap kaya itu berarti banyak uang, namun menurut saya kaya itu karena banyak karya”
0 komentar:
Posting Komentar